Selasa, 14 Juli 2009

Filsafat Islam : Ibnu Maskawaih

IBNU MASKAWAIH

A. PENDAHULUAN

Ibnu Maskawaih adalah seorang ahli filsafat Islam termasuk yang pertama membicarakan akhlak. Tidak ada yang mengetahui keturunannya dan pendidikannya yang pertama. Dia di kenal orang dalam dunia filsafat sudah sebagai seorang yang pandai yang namanya menjadi buah bibirdari para-para pengarang Islam. Di samping itu ia juga dikenal sebagai seorang penya’ir yang masyhur, tabib, ahli sejarah dan ahli kimia.

Agar kita bisa mengenal lebih dalam lagi, marilah kita lihat pada keterangan dibawah ini.

B. Riwayat Hidup Dan Karyanya

1.Riwayat Hidup

Maskawaih adalah seoarang filofos muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun sebenarnya ia adalah seoarang sejarahwan,tabib, ilmuan dan sastrawan. Pengetahuannya sangat luas, terutama mengenai kebudayaan Romawi,Persia,dan India disamping ia menguasia filasaft Yunani.

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub bin Maskawaih. Sebutan namanya yang lebih masyhur adalah Maskawaih atau Ibnu Maskawaih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi ( Persia ), kemudian masuk Islam. Gelarnya adalah Abu Ali, yang diperoleh dari nama sahabat Ali, yang bagi kaum Syi’ah dipandang sebagai yang ber5hak menggantikan Nabi dalam kedudukannya sebagai pemimpin unat Islam sepeninggalnya. Dari gelarnya I I tidak salah oaring mengatakan bahwa Maskawaih tergolong penghanaut Aliran Syi’ah. Gelar lain yang juga sering disebutkan yaitu Al-Khazim, yang berarti bendaharawan, disebabkan pada masa kekuasaan Adhud Al-Daulah dari Bani Buwaih ia memperoleh kepercayaan sebagai bendaharawannya.

Maskawaih dilahirkan di Ray ( Teheran sekarang ). Mengenai Tahu8n kelahirannya, para penulis menyebutkan berbeda-beda. M.M Syarif menyebutkan tahun 320 H/ 932 M. Abdul Aziz Izzrat menyebutkan tahun 325 H. sedangkan mengenai wafatnya semua sepakat mengatakan pada 9 Shafar 421 H/16 februari 1030 M[1].

Ibnu Maskawaih seorang yang tekun dalam melakukan percobaan-percoabaan unuk mendapatkan ilmu-ilmu baru. Dan ia juga suka mendalami Ilmu Mantiq dan Filasafat akhlaq sebagaimana Al-Ghazali lebih banayak menunjukkan perhatiannya kepada filsafat alamiah. Tetapi Ibnu Maskawaih adalah seoarang teoritis dalam hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat akhlaqiyah secara analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibnu Maskawaih tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya ditinjau dari segi pengetahuan semata-mata.

Ibnu Maskawaih tentang teori kebahagiaan yang ia kutip dari Aristoteles. Menurut Aristoteles kebahagian itu terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. Kebahagiaan jiwa ( rohani ) ialah pengetahuan, hikmah dan kebenaran.

2. Kebahagiaan badan ( jasmani ) ialah kesehatan, kecantikan anggota tubuh dan watak yang baik.

3. Kebahagiaan diluar badan ialah mempunyai anak-anak yang pandai, mempunyai sahabat yang sejati, mempunyai harta kekayaan dan asal keturunannya yang mulia[2].

Kalau berbicara tentang kekuatan hawa nafsu manusia , maka Ibnu Maskawaih membagi kepada 3 tingkatan yaitu :

a. An-nafsul bahimiah, yaitu nafsu kebinatangan : yang buruk.

b. An-nafsus shabubiyah, yaitu nafsu binatang buas: yang sedang.

c. An-nafsun nathiqah, yaitu jiwa yang cerdas : yang baik[3].

2. Karya Tulis

Ibnu Maskawaih tidak hanya dikenal sebagai seorang pemikir ( filsof ), tetapi juga seorang penulis yang produktif. Dalam buku yang bejudul The History Of the Muslim Philosophy disebutkan beberapa karyanya, yaitu :

a. Al-Fauz al-Akbar. Tentang hal ini tidak dijelaskan isi bukunya.

b.

c. Al-Fauz al-Ashgar. Tentang hal ini tidak dijelaskan isi bukunya.

d. Tajarib al-Umam ( sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulisnya pada tahun 369 H / 979 M ).

e. Uns al-Farid ( koleksi anekdot,sya’ir,pribahasa,dan kata-kata hikmah ).

f. Tartib al-Sa’adat ( isinya akhlaq dan politik ).

g. Dan masih banyak lagi karyanya yang lain[4].

C. Filsafatnya

1. Ketuhanan

Tuhan menurut Ibnu Maskawaih adalah zat yang tidak berjisim, Azali, dan Pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satu pun yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain. Sementara yang lain membutuhkan-Nya. Kalau dilihat sekilas pemikiran Ibnu maskawaih ini sama dengan pemikiran Al-kindi.

Menurut De Boer dalam bukunya Tarikh al-Falsafat fi Islam disana ibnu maskawaih menyatakan, Tuhan adalah zat yang jelas dan zat yang tidak jelas. Dikatakan zat yang jelas bahwa ia adalah yang hak ( Benar ). Yang benar adalah terang. Dikatakan tidak jelas karena kelemahan akal pikiran kita untuk menangkapnya, disebabkan banyak dinding-dinding atau kendala keberadaan yang menutupi-Nya[5].

Adapun argumen lain yang ditambahkan Ibnu Maskawaih, yang penting adalah adanya gerak atau perubahan yang terjadi pada alam. Memperhatikan bahwa segala macam benda mempunyai sifat gerak atau berubah sesuai dengan watak pembawaan masing-masing (sifat gerak itu berbeda-beda yang berbeda), maka adanya gerak yang berbeda-beda itu membuktikan adanya yang menjadi sumber gerak, pengerak pertama yang tidak bergerak yaitu tuhan. Argument gerak ini di ambil dari argumen Aristoteles. Sebagai pengerak pertama yang tidak bergerak, juga menjadi sebab pertama dari segala yang ada, adanya segala sesuatu diciptakan tuhan, dan adanya tuhan adalah pada dirinya. Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu menciptakan dari awal : segala sesuatu diciptakan tuhan dari tiada menjadi ada, sebab tidak ada artinya jika menciptakan sesuatu dari wujud yang telah ada. Seandainya tuhan berhenti mencipta, atau menahan pancaran keberadaan alam ini, niscaya ala mini akan menjadi tiada sekita itu juga.begitu juga tentang perubahan yang terjadi di alam menyebutkan bahwa setiap betuk itu berobah-robah di gantikan dengan bentuk yang baru. Dalam pertukaran bentuk Ibnu Maskawaih mengatakan bentuk yang lama tadi menjadi tiada. Dengan demikian terjadilah penciptaan yang terus menerus dari satu generasi ke generasi yang lain dan setiap ciptaan yang baru berasal dari yang tiada[6].

2. Emanasi

Sebagaimana Al-farabi, Ibnu Maskawaih juga menganut faham Emanasi yakni Allah menciptakan alam secara pancaran, namun Emanasi nya ini berbeda dengan Emanasi Al Farabi. Menurut nya entitas pertama yang memancarkan dari Allah ialah ‘aql Fa’al’ ( akal aktif ). Akal aktif ini timbullah jiwa dan dengan perantaraan jiwa pula timbullah planet (al-falak). Pancaran yang terus-menerus ari Allah dapat memelihara tatanan alam ini. Andaikan Allah menahan pancaran-Nya, maka akan terhenti kemajauan dalam alam ini.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan perbedaan emanasi antara ibnu Maskawaih dan Al-farabi sebagai berikut :

a. Bagi Ibnu Maskawaih, Allah menjadikan alam ini secara pancaran ( emanasi ) dari tiada menjadi ada. Sementara itu, menurut Al-farabi alam dijadiakan Tuhan secara pancaran ( emanasi ) dari sesuatu atau bahan yang sudah ada menjadi ada.

b. Bagi Ibnu maskawaih ciptaan Allah yang pertama ialah Akal Aktif. Sementara bagi Al-farabi ciptaan Allah yang pertama ialah Akal pertama dan Akal Aktif adalah akal kesepuluh[7].

3. Kenabian

Sebagaimana Al-Farabi, Ibnu Maskawaih juga menginterprestasikan kenabian secara ilmiah. Usaha nya ini dapat pula memperkecil keadaan antara nabi dan filosof dan memperkuat hubungan dan keharmonisan antara wahyu dan akal.

Menurut Ibnu Miskawaih, nabi adalah seorang muslim yang memperoleh hakikat-hakikat atau kebenaran karena pengaruh akal aktif atas imajinasinya, hakikat ini diperoleh juga oleh seorang filosof, pertbedaan hanya terletak pada teknik memperolehnya. Filosof mendapatkan kebenaran tersebut daribawah ke atas, yakni dari daya indrawi naik ke daya khayal dan naik lagi ke daya berfikir yang dapat berhubungan dan menangkap hakikat-hakikat atau kebenaran dari akal aktif. Sementara itu, Nabi mendapatkan kebenaran diturunkan lansung dariatas ke bawah, yakni dari akal aktif lansung ke pada nabi sebagai rahmat Allah[8].

4.Jiwa

Menurut Ibnu Maskawaih, adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan sebab kematian jasad, ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi. Ia akan hidup selalu, Ia tidak dapat diraba dengan pancaindra karena ia bukan jisim dan bagian dari jisim. Jiwa dapat menangkap keberadaan zatnya dan ia mengetahui ketahuan dan keaktifisannya[9]

Ibnu Maskawaih juga mengsinyalkan bahwa jiwa yang tidak dapat dibagi-bagi itu tidak mempunyai unsur, sedangkan unsure-unsur hanya dapat pada materi. Namun demikian, jiwa dapat menyerap materi yang komplekdan nonmateri yang sederhana.

Tentang balasan di akhirat, sebagai mana Al Farabi, Ibnu Maskawaih juga menyatakan bahwa jiwalah yang akan menerima balasan di ahkirat. Karena menurutnya kelezatan jasmaniah bukanlah kelezatan yang sebenarnya.[10]

5. Akhlak

Ibnu Maskawaih seorang moralis yang terkenal, hampir setiap pembahasan akhlak dalam Islam, filsafat nya ini selalu mendapat perhatian utama, keistimewaan yang menarik dalam tulisannya ialah pembahasan yang didasarkan pada ajaran Islam ( Al-qur’an dan Hadis ) dan dikombinasikan dengan pemikiran yang lain sebagai pelengkap, seperti filsafat Yunani kuno dan pemikiran Persia. Dimaksud dengan pelengkap ialah sumber baru diambilnya apabila sejalan dengan ajaran Islam dan sebaliknya ia tolak, jika tidak demikian.

Akhlaq, menurut Ibnu Maskawaih ialah sutu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untyuk berbuat tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsure, yakni unsure watak naluriah dan junsur lewat kebiasaan dan latihan.

Kalau kita lihat teks diatas barusan, sepertinya sangat bertentangan dengan pandangan orang-oarang Yunani yang mengatakan bahawa akhlaq mnusia tidak dapat berobah. Tetapi bagi Ibnu Maskawaih, akhlaq yang tercela dapat dirobah menjadi akhlaq yang terpuji dengan jalan pendidikan ( tarbiyah al-akhlaq ) dan latihan-latihan. Pemikian seperti ini sangat sejalan dengan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syari’at agama bertujuan mengokohkan dan memperbaiki akhlaq manusia.

Ibnu maskawaih juga menjelaskan sifat-sifat yang utama pada diri manusia. Sifat ini, menurutnya erat kaitannya dengan jiwa yang memiliki tiga daya : daya pikir, daya marah, dan daya keinginan. Sifat hikmah adalah sifat utama bagi jiwa berpikir yang lahir dari ilmu. Berani adalah sifat utama bagi jiwa marah yang timbul dari sifat hilm( mawas diri ). Sementara murah adalah sifat utama bagi keinginan yang lahir dari ‘iffah’ ( memelihara kehormatan diri ). Dengan demikian ada tiga sifat utama dalam diri manusia yaitu : hikmah,berani, dan murah. Apabila ketiga sifat utama ini serasi, maka muncul sifat utama yang ke empat, yakni adil. Adapun lawan dari ke empat sifat utama ini ialah bodoh,rakus,penakut, dan zalim[11].

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ibnu Maskawaih seoarang filofos muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun sebenarnya ia adalah seoarang sejarahwan,tabib, ilmuan dan sastrawan. Pengetahuannya sangat luas, terutama mengenai kebudayaan Romawi,Persia,dan India disamping ia menguasia filasaft Yunani.

2. Tuhan menurut Ibnu Maskawaih adalah zat yang tidak berjisim, Azali, dan Pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satu pun yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain.

3. Ibnu Maskawaih juga menganut faham Emanasi yakni Allah menciptakan alam secara pancaran, namun Emanasi nya ini berbeda dengan Emanasi Al Farabi. Menurut nya entitas pertama yang memancarkan dari Allah ialah ‘aql Fa’al’ ( akal aktif ). Akal aktif ini timbullah jiwa dan dengan perantaraan jiwa pula timbullah planet (al-falak). Pancaran yang terus-menerus ari Allah dapat memelihara tatanan alam ini. Andaikan Allah menahan pancaran-Nya, maka akan terhenti kemajuan dalam alam ini.

4. Nabi menurut Ibnu Maskawaih adalah seorang muslim yang memperoleh hakikat-hakikat atau kebenaran karena pengaruh akal aktif atas imajinasinya, hakikat ini diperoleh juga oleh seorang filosof, pertbedaan hanya terletak pada teknik memperolehnya.

B. Kritik dan saran

Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis masih banyak mendapatkan keraguan dan ketimpangan, baik dalam penulisan, maupun dalam pengutipan, bahkan masih klekurangan dari segi referensinya. Unutk itu penulis sangat mengharapkan sekali tambahan pendapat, kritikan dari para pembaca semuanya, demi sempurnanya makalah ini.

Daftar Pustaka

Mustafa, Drs.H A. Fisafat Islam penerbit C.V Pustaka Setia : Bandung 1997

Syamsuddin, Fachri, Drs Dasar-Dasar Filasafat Islam Penerbit The Minang Kabau Foundation Jakarta 2005

Zar,Sirajuddin M.A, Prof.Dr.H Filsafat Islam ( Filosof dan Filsafatnya ) penerbit PT raja Gravindo Persada : Jakarta 2004



[1] Drs.H A.Mustafa Fisafat Islam ( penerbit C.V Pustaka Setia : Bandung 1997 ) hal :166

[2] Drs Fachri Syamsuddin Dasar-Dasar Filasafat Islam ( Penerbit The Minang Kabau Foundation Jakarta 2005 ) hal 67

[3] ibid hal 67-68

[4] Prof.Dr.H.Sirajuddin Zar M.A Filsafat Islam ( Filosof dan Filsafatnya ) ( penerbit PT raja Gravindo Persada : Jakarta 2004 ) hal 129

[5] ibid hal 130

[6] Mustafa op-cit hal 171-172

[7] Sirajuddin Zar op-cit hal 131

[8] ibid hal 132

[9] ibid hal 133

[10] ibid hal 134

[11] ibid hal l36

Tidak ada komentar: